
Surakarta - Tahukah anda bahwa Solo adalah satu-satunya Kota di Indonesia yang memiliki dua nama yaitu Sala dan Surakarta.? Yuk kita simak Fakta sejarahnya..
Kisahnya berasal dari Keraton Kartasura sebuah kerajaan di jawa tengah yang merupakan Pusat Pemerintahan Kesultanan Mataram yang didirikan oleh Amangkurat II pada tahun 1680 - 1745.
Nama "Kartasura" sendiri diambil dari bahasa Jawa Kuno yaitu "karta" artinya "makmur", atau dalam bahasa Sansekerta: kaṛta berarti suatu "pencapaian" dan sura yang berarti "berani". Dengan demikian nama Kartasura yang dimaksud berarti sebuah kota yang berani berjuang untuk kemakmuran suatu bangsa.
Bermula dari tragedi Geger Pecinan yaitu terjadinya perang saudara yakni pemberontakan etnis Tionghoa dan gabungan rakyat Jawa yang dipimpin oleh Raden Mas Garendi atau dikenal sebagai Sunan Kuning yang merupakan sepupu Pakubuwono II sendiri.
Karena pemberontakan tersebut didukung para bupati. Serangan tersebut sangat kuat dan berhasil membobol keraton (Kartasura) hingga membuat Pakubuwono II mengungsi ke Ponorogo.
Beberapa waktu kemudian Pakubuwono II melakukan serangan balik yang dibantu oleh Pasukan VOC Belanda ke Kartasura sehingga berhasil merebut takhta kembali.
Namun karena kondisi Keraton Kartasura sudah porak poranda,dan menurut tradisi Jawa keraton yang sudah hancur tidak boleh digunakan kembali, maka Pakubuwono II memilih mendirikan keraton baru yang terletak di Desa Sala, sebuah desa yang tenang di pinggiran kali bengawan pada 1745.
Perpindahan Keraton Kartasura ke Desa Sala dilakukan pada hari Rabu, 17 Februari 1745 yang diberi nama Keraton Surakarta Hadiningrat hingga sekarang.
Proses Perpindahan di buat acara kirap yang dipimpin langsung oleh Pakubuwono II di ikuti keluarga raja dan pejabat tinggi kerajaan dikawal lima batalyon prajurit dan 200 prajurit berkuda.
Sejumlah harta benda dan pusaka yang masih tersisa pun dibawa. Bahkan, pohon beringin juga turut dibawa untuk ditanam di Alun-alun. Selama perjalanan ke timur sejauh 10 km itu, sejumlah abdidalem menabuh gamelan.
Setelah tiba di lokasi, Pakubuwono II pun menyatakan bahwa Desa Sala diubah menjadi nagari Surakarta Hadiningrat.
Tulisan Sala dalam hurup jawa dan pengucapan sebagian besar orang Jawa di eja "Solo" sehingga sebutan untuk Kota Surakarta hingga sekarang yaitu Solo.